Diabetes Melitus |
A. Pengertian Diabetes Melitus
Diabetes melitus merupakan sekumpulan gangguan metabolik yang ditandai dengan peningkatan kadar glukosa darah (hiperglikemia) akibat kerusakan pada sekresi
insulin, kerja
insulin, atau keduanya.( Smeltzer, S.
C. ,2016 )
Suatu kelainan kronis dari metabolisme karbohidrat yang menyebabkan gangguan metabolisme protein dan lemak. Ditandai oleh hiperglikemia yang terjadi sebagai akibat dari, tidak adanya insulin (Tipe 1), tidak adanya efek insulin (Tipe 2), atau keduanya. (Atlas Saku Patofisiologi (Patofisiologi Klinik))
Diabetes mellitus (DM) adalah suatu
penyakit atau gangguan metabolisme kronis dengan multi etiologi yang ditandai
dengan tingginya kadar gula darah disertai dengan gangguan metabolisme
karbohidrat, lipid dan protein sebagai akibat insufisiensi fungsi insulin
(Ditjen Bina Farmasi dan Alkes, 2005)
B.Prevalensi Diabetes Melitus
HAI Diabetes, World Diabetes Day (WDD) diperingati tanggal 14 November.
Menurut IDF (International Diabetes Federation) terdapat 382 juta orang menderita DM di dunia pada tahun 2013
1.Diabetes Melitus Tipe 1
Diabetes
ini merupakan diabetes yang jarang atau sedikit populasinya, diperkirakan
kurang dari 5-10% dari keseluruhan populasi penderita diabetes. Diabetes tipe
ini disebabkan kerusakan sel-sel β pulau Langerhans yang
disebabkan
oleh reaksi otoimun. Pada pulau Langerhans kelenjar pankreas terdapat beberapa
tipe sel, yaitu sel β, sel α dan sel σ. Sel-sel β memproduksi insulin, sel-sel
α memproduksi glukagon, sedangkan sel-sel σ memproduksi hormon somastatin.
Namun demikian serangan autoimun secara selektif menghancurkan sel-sel β.
Destruksi otoimun dari sel-sel β pulau
Langerhans kelenjar pankreas langsung mengakibatkan defesiensi sekresi insulin.
Defesiensi insulin inilah yang menyebabkan gangguan metabolisme yang menyertai
DM Tipe 1. Selain defesiensi insulin, fungsi sel-sel α kelenjar pankreas pada
penderita DM tipe 1 juga menjadi tidak normal. Pada penderita DM tipe 1
ditemukan sekresi glukagon yang berlebihan oleh sel-sel α pulau Langerhans.
Secara normal, hiperglikemia akan menurunkan sekresi glukagon, tapi hal ini
tidak terjadi pada penderita DM tipe 1, sekresi glukagon akan tetap tinggi
walaupun dalam keadaan hiperglikemia, hal ini memperparah kondisi
hiperglikemia. Salah satu manifestasi dari keadaan ini adalah cepatnya
penderita DM tipe 1 mengalami ketoasidosis diabetik apabila tidak mendapatkan
terapi insulin.
2.Diabetes Melitus Tipe 2
Diabetes
Mellitus tipe 2 merupakan tipe diabetes yang lebih umum, lebih banyak
penderitanya dibandingkan dengan DM tipe 1, terutama terjadi pada orang dewasa
tetapi kadang-kadang juga terjadi pada remaja. Penyebab dari DM tipe 2 karena
sel-sel sasaran insulin gagal atau tak mampu merespon insulin secara normal,
keadaan ini disebut resietensi insulin.
Disamping
resistensi insulin, pada penderita DM tipe 2 dapat juga timbul gangguan
gangguan sekresi insulin dan produksi glukosa hepatik yang berlebihan. Namun
demikian, tidak terjadi pengrusakan sel-sel β langerhans secara autoimun
sebagaimana terjadi pada DM tipe 1. Dengan demikian defisiensi fungsi insulin
pada penderita DM tipe 2 hanya bersifat relatif, tidak absolut.
Obesitas
yang pada umumnya menyebabkan gangguan pada kerja insulin, merupakan faktor
risiko yang biasa terjadi pada diabetes tipe ini, dan sebagian besar pasien
dengan diabetes tipe 2 bertubuh gemuk. Selain terjadi penurunan kepekaan
jaringan pada insulin, yang telah terbukti terjadi pada sebagian besar dengan
pasien diabetes tipe 2 terlepas pada berat badan, terjadi pula suatu defisiensi
jaringan terhadap insulin maupun kerusakan respon sel α terhadap glukosa dapat
lebih diperparah dengan meningkatya hiperglikemia, dan kedua kerusakan tersebut
dapat diperbaiki melalui manuve-manuver teurapetik yang mengurangi
hiperglikemia tersebut (Ditjen Bina Farmasi dan Alkes, 2005).
3. Diabetes Melitus Gestasional
Diabetes mellitus gestasional adalah
keadaaan diabetes yang timbul selama masa kehamilan, dan biasanya berlangsung
hanya sementara. Keadaan ini terjadi karena pembentukan hormon pada ibu hamil
yang menyebabkan resistensi insulin (Tandra, 2008).
D.Manifestasi Klinik
Secara umum, tanda dan gejala yang dapat dijumpai pada penderita Diabetes Mellitus adalah 3P (Poliuria, Polidipsi, dan Polipagia)
1.Poliuria (Sering Berkemih)
Gula darah yang tinggi akan merangsang tubuh untuk mengeluarkan kelebihan tersebut melalui ginjal bersama urine. Gejala ini terutama menonjol pada malam hari karena pada malam hari kadar gula dalam darah relative tinggi.
2. Polidipsi (Banyak Minum)
Polidipsi sebenarnya merupakan akibat dari polyuria (sering berkemih). Jadi untuk menghindari dehidrasi,tubuh akan berespon dengan timbulnya rasa haus/kering sehingga keinginan untuk minum muncul.
3. Polipagia (Banyak Makan)
Gejala ini tidak terlalu menonjol. Berkurangnya cadangan gula dalam tubuh meski gula dalam darah tinggi akan mengakibatkan tubuh berusaha memperoleh tambahan cadangan gula.
Keadaan Diabetes Mellitus yang parah akan mengakibatkan timbulnya tanda dan gejala lain seperti:
-Berat badan menurun
-Timbul kesemutan/kram/mati rasa pada tangan dan kaki
-Timbul luka pada kaki yang tak kunjung sembuh
-Pandangan kabur
-Penurunan kemampuan seksual
-Pada ibu hamil akan sering terjadi keguguran
-Hilang kesadaran
1.Pemeriksaan Glukosa Plasma Puasa (GDP
Puasa adalah kondisi tidak ada asupan kalori minimal 8 jam. Kriteria diagnostik untuk DM≥126mg/dl
2.Pemeriksaan Glukosa Plasma Sewaktu (GDS)
GDS merupakan hasil pemeriksaan sesaat pada suata hari tanpa memperhatikan waktu makan terakhir. Kriteria diagnostik untuk DM ≥ 200mg/dl
3.Tes Toleransi Glukosa Oral
TTGO dilakukan dengan standar WHO, menggunakan beban glukosa yang setara denag 75gr glukosa anhidrus yang dilarutkan kedalam air. Kriteria diagnostik untuk DM yaitu hasil pemeriksaan glukosa plasma ≥ 200mg/dl 2jam setelah TTGO dengan beban glukosa 75gram.
4.Glycosatet Hemoglobin atau HbA1c Dalam keadaan normal,hemoglobin dengan kadar tertentu –akan mengikat berbagai macam zat ditubuh. Salah satuny aglukosa. Ikatan antara hemoglobin dan glukosa ini disebut glikohemoglobin dan diberi kode HbA1c. Glikohemoglobin inisangat stabil didalam darah sehingga pengukuran kadarnya dapat mencerminkan kadar gula dalam darah selama umur eritrosit(kur.leb. 3bulan) Kriteria diagnostik untuk DM ≥ 6,5%
F.Penatalaksanaan Diabetes Melitus
Terdapat 4pilar dalam pengobatan diabetes melitus
1.Diet
2.Olahraga
3.Obat/Terapi
4.Edukasi
1.DIET
Diet
yang baik merupakan kunci keberhasilan penatalaksanaan diabetes. Diet yang
dianjurkan adalah makanan dengan komposisi yang seimbang dalam hal karbohidrat,
protein dan lemak. Tujuan pengobatan diet pada diabetes adalah:
a.Mencapai
dan kemudian mempertahankan kadar glukosa darah mendekati
kadar
normal.
b.Mencapai
dan mempertahankan lipid mendekati kadar yang optimal.
c.Mencegah
komplikasi akut dan kronik.
d.Meningkatkan
kualitas hidup
Terapi nutrisi direkomendasikan
untuk semua pasien diabetes mellitus, yang terpenting dari semua terapi nutrisi
adalah pencapian hasil metabolis yang optimal dan pencegahan serta perawatan
komplikasi. Untuk pasien DM tipe 1,perhatian utamanya pada regulasi administrasi
insulin dengan diet seimbang untuk mencapai dan memelihara berat badan yang
sehat. Penurunan berat badan telah dibuktikan dapat mengurangi resistensi
insulin dan memperbaiki respon sel-sel β terhadap stimulus glukosa.
2.Olahraga
Latihan sangat penting dalam penatalaksanaan diabetes karena efeknya dapat menurunkan kadar glukosa darah dan mengurangi faktor risiko kardiovaskuler. Latihan akan menurunkan kadar glukosa darah dengan meningkatkan pengambilan glukosa oleh otot dan memperbaiki pemakaian insulin. Sirkulasi darah dan tonus otot juga diperbaiki dengan olahraga. Latihan dengan cara melawan tahanan dapat meningkatkan lean body massdan dengan demikian menambah laju metabolisme istirahat. Semua efek ini sangat bermanfaat pada diabetes karena dapat menurunkn berat badan, mengurangi rasa stres dan mempertahankan kesegaran tubuh.
3.Obat/Terapi
1. Terapi Insulin.
Penyuntikan insulin sering dilakukan dua kali per hari (atau bahkan lebih sering lagi) untuk mengendalikan kenaikan kadar glukosa darah sesudah makan dan pada malam hari.
Pada diabetes tipe I, tubuh kehilangan kemampuan untuk memproduksi insulin, maka insulineksogenus harus diberikan dalam jumlah tak terbatas.
Pada diabetes tipe II, insulin mungkin diperlukan sebagai terapi jangka panjang untukmengendalikan kadar glukosa darah jika diet dan obat hipoglikemia oral tidak berhasilmengontrolnya.
2. Agens Antidiabetik Oral
Agens antidiabetik oral berguna bagi pasien diabetes tipe II yang tidak dapat diatasi hanya dengan diet dan latihan ; meskipun demikian, obat ini tidak dapat digunakan saat kehamilan.
Obat antidiabetik oral mencakup golongan sulfonilurea dan biguanid.
- Sulfonilurea, golongan ini bekerja terutama dengan merangsang langsung pankreas untuk mensekresikan insulin. Dengan demikian pasien dengan diabetes tipe I dan pasien diabetes yang cenderungmengalami ketoaisdosis tidak bisa menggunakan obat ini karena pankreasnya tidak berfungsi dengan baik. Fungsi penting lainnya adalah memperbaiki kerja insulin di tingkat selular, juga dapat menurunkan secara langsung produksi glukosa oleh hati.
-Biguanid, contohnya metformin (glucophage), menimbulkan efek antidiabetik dengan memfasilitasi kerja insulin pada tempat reseptor perifer. Oleh karena itu, obat ini hanya dapat digunakan jika masih terdapat insulin. Biguanid tidak memberikan efek pada sel-sel beta pankreas. Metformin merupakan kontarindikasi pada penderita gangguan ginjal karena dapat meningkatkan resiko terjadinya asidosis laktat.
4.Edukasi
Banyak rumah sakit yang memiliki perawat spesialis dalam pendidikan dan penatalaksanaan diabetes. Bagi sebagian pasien, satu-satunya jalan untuk memperoleh pendidikan tentang diabetes hanya terdapat selama perawatan di rumah sakit. Hal ini merupakan peluang bagi pasien untuk mempelajari keterampilan dan melakukan penatalaksanaan diabetes yang mandiri dan menghindari komplikasi diabetes.
G.Komplikasi Diabetes Melitus
Akut:
Hipoglikemia
Ketoasidosis diabetik
Sindrom HHNK (juga disebut koma hiperglikemik hiperosmoler nonketotik atau HONK (hiperosmoler nonketotik)).
Kronik:
Penyakit Makrovaskuler (Penyakit arteri koroner, Penyakit serebrovaskuler, Penyakit vaskuler perifer.)
Penyakit Mikrovaskuler
Neuropati